BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam Al-Quran terdapat dua terminologi, yaitu fase
makkiyah dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi.
Umumnya Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al-quran berkaitan dengan kedua
terminologi tersebut. Melalui makalah ini kami akan menganalisis kedua fase tersebut
untuk menambah
wawasan kita sebagai umat muslim.
Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada
Al-Quran yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan
penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan ialah
memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah, kecuali
riwayat dari para sahabat Rasul. Karena merekalah yang mengikuti perjalanan
hidup Rasulullah Saw. baik di Mekah maupun di Madinah
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
definisi dari Makkiyah dan Madaniyah?
2. Bagaimana
cara mengetahui suatu ayat atau surat tergolong pada Makkiyah atau Madaniyah?
3. Apakah
ciri-ciri spesifik dari Makkiyah dan Madaniyah?
4. Apa
perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah?
5. Apakah
urgensi pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah?
6. Bagaimana
klasifikasi ayat-ayat dan surat, apakah tergolong Makkiyah atau Madaniyah?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Memahami
definisi ayat atau surat Makkiyah atau Madaniyah.
2. Mengetahui
cara menggolongkan Makkiyah dan Madaniyah.
3. Mengetahui
ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah.
4. Memahami
perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah.
5.
Memahami urgensi
pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah.
6.
Mengetahui klasifikasi
ayat atau surat dalam hubungannya dengan Makkiyah atau Madaniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
SURAT AL-MAKKIYAH DAN
AL-MADANIYAH
A.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Studi tentang
ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyah sesungguhnya tidak lebih dari memahami
pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya sebuah
ayat atau beberapa ayat Al-Quran. Dalam hubungan ini, para sarjana muslim
mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat prespektif itu
adalah sebagai berikut:[1]
1.
Prespektif
masa turun
Menurut
prespektif ini bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah
hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekkah, sedangkan Madaniyah
ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan
turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyah
walaupun turun di Mekah atau Arafah.
Dengan demikian
surat An-Nisa’ [4]:58 termasuk kategori Madaniyah kendatipun diturunkan di Mekah,
yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekah (fath
Mekah):
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$#
$KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya,dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Seusungguhnya Allah adalah
maha mendengar lagi maha melihat” (an-Nisa’ [4]: 58).
Begitu pula, surat Al-Maidah [5]:3 termasuk
kategori Madaniyah kendatipun tidak diturunkan pada peristiwa haji wada’.
2.
Prespektif
tempat turun
Menurut
prespektif ini Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya
seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan Su’la.
Namun terdapat
kelemahan dari pendefinisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang
tidak diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat
At-Taubah [9]:42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]:45 diturunkan di
tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat
definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam makiyyah dan Madaniyah.
3.
Prespektif
objek pembicaraan
Menurut
prespektif ini makiyyah adalah khitab bagi orang-orang Mekah, sedangkan Madaniyah
adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah.
Pendefinisian
di atas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat
Al-Quran dimulai dengan ungkapan “ya
ayyuha An-nas” yang menjadi kriteria Makiyyah, dan ungkapan “ya ayyuha Al-ladziina” yang menjadi
kriteria Madaniyah. Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Misalnya Surat
Al-Baqarah [2] termasuk kategori Madaniyah, padahal di dalamnya terdapat salah
satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168 yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha An-nas”. Lagi pula banyak ayat
Al-Quran yang tidak dimulai dengan dua ungkapan di atas.
Adapun
pendefenisian Makiyyah dan Madaniyah dari prespektif tema pembicaraan akan
disiggung lebih rinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
Sekalipun
ketiga definisi di atas pada dasarnya merupakan bagian dari pengklasifikasian
ayat-ayat Al-Quran. Tetapi untuk menghindari kekeliruan kami sepakat memilih
definisi yang pertama. Dengan pengklasifikasian yang teliti berdasarkan tempat
dan waktu turunnya ayat, akan diketahui ayat-ayat mana saja yang turun lebih
dahulu dan turun kemudian. Selanjutnya akan diketahui kronologi turunnya ayat
tertentu.
B.
Cara
Mengetahui Makiyyah dan Madaniyah
Dalam menetapkan mana
ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori Makiyyah dan Madaniyah, para sarjana
muslim berpegang teguh pada dua pendekatan sebagai berikut:[2]
1.
Pendekatan
transmisi
Melalui
perangkat ini sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal
dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan
turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengar
langsung dari para sahabat tentang aspek aspek yang berkaitan dengan proses
kewahyuan Al-Quran, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis Al-Quran.
Seperti halnya
hadis-hadis Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadis, para
sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang
Makkiyyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab An-Nuzul, pembahasan-pembahasan
ilmu Al-Quran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Dengan demikian
prangkat transmisi itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat
yang hidup di masa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya.
Atau dari Tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari
sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada waktu itu.
2.
Pendekatan analogi (Qiyas)
Ketika
melakukan kategorisasi Makkiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut
pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu.
Dengan demikian, bila dalam surat
Makkiyyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyah, ayat
ini termasuk kategori Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan
tema-tema sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua
klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat
terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; tema faraid dan ketentuan had sebagai
ciri khusus Madaniyah.
Dari uraian di atas kami menilai bahwa yang lebih
mendapat perhatian ialah apa-apa yang terdapat (isi atau pembahasan) pada
Al-Makkiy dan Al-Madaniy.
C. Ciri-ciri Spesifik
Makiyyah dan Madaniyah
Para ulama berusaha
merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyah dalam menguraikan
kronologis Al-Quran. Mereka mengajukan dua titik tekan dalam usahanya itu,
yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik tekan pertama
diformulasikan ciri-ciri khusus Makkiyyah dan Madaniyah sebagai berikut:[3]
1.
Makkiyyah
a) Di
dalamnya terdapat ayat sajdah.
b) Ayat-ayatnya
dimulai dengan kata “kalla”. Lafal
ini hanya terdapat pada separuh terakhir dari Al-Quran yang disebutkan 33 kali
pada 15 surat.
c) Dimulai
dengan ungkapan “ya ayyuha an-nas” dan
tidak ada ayat yang dimulai dengan uangkapan “ya ayyhal Al-ladzina” kecuali dalam surat Al-Hajj [22], karena
dipunghujung surat terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyhal Al-ladzina”.
d) Ayat-ayatnya
mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.
e) Ayat-ayatnya
berbicara tentangkisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah [2]; dan
f) Ayat-ayatnya
dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti Alif
lam mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah dan
Ali ‘imran [3]. Sedang surat Ra’d masih dipersilihkan.
2.
Madaniyah
a) Mengandung
ketentuan-ketentuan faraid dan had (sanksi)
b) Mengandung
sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut [29]; dan
c) Mengandung
uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitabin.
Sedangkan berdasarkan
titik tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyah
sebagai berikut:
1.
Makkiyah
a) Menjelaskan
ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabian,
penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan
perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok
musyrikin dengan argumen-argumen rasional.
b) Menetapkan
fondasi-fondasi umum sebagai pembentukan hukum syara’ dan keutamaan-keutamaan
akhlak yang harus dimiki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan
terhadap kriminalitas-kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin,
mengonsumsi harta anak secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
c) Menyebutkan
kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka
sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka; dan sebagai
hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan
yakin akan menang.
d) Suku
katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya
singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan
hati dan maknanya menyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti yang
surat-surat pendek, dan perkecualiannya hanya sedikit.
e) Semua
surat yang isinya memberi penekanan pada masalah akidah adalah Makkiyah.[4]
2.
Madaniyah
a) Menjelaskan
permasalahan ibadah, muamalah,, had, hudud, bangunan rumah tangga, warisan,
keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani
perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
b) Seruan
terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka
untuk masuk Islam. Penjelasan mengenai mereka terhadap kitab-kitab Allah,
permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu
datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
c) Menyingkap
perilaku orang-orang munafik, menganilis kejiwaannya, membuka kedoknya dan
menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d) Suku
kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahsa yang memantapkan syariat
dan menjelaskan tujuan dan sasarannya.[5]
Ciri-ciri spesifik
yang dimiliki Madaniyah, baik dilihat dari presfektif analogi ataupun tematis,
memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh Islam dalam mensyariatkan
peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik.
Laporan-laporan
sejarah telah membuktikan adanya sistem sosio-kultural yang berbeda antara Mekah
dan Madinah. Mekah dihuni komunitas atheis yang keras kepala dengan aksinya
yang selalu menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya, sedangkan di Madinah
setelah Nabi hijrah kesana terdapat tiga komunitas. Komunitas muslim yang
terdiri dari kelompok Muhajirin dan Anshar, komunitas munafik, dan komunitas
Yahudi. Al-Quran menyadari benar sosio-kultural antara kedua tempat itu. Oleh
karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan bagi penghuni Mekah sangat
berbeda dengan alur yang diturunkan bagi penduduk Madinah.
D.
Urgensi
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
1. Membantu
dalam menafsirkan Al-Quran
Dengan
mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk memahami ayat dan
menafsirkannya. Jika ada pelajaran yang dapat diambil daripadanya itu berbentuk
lafaz umum bukan dengan menentukan
sebab. Orang yang menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan ketika
terjadi pertentangan makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antra nasikh dan mansukh. Jika yang belakangan itu nasikh supaya ditempatkan di depan.[6]
2. Pedoman
bagi langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi
tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan
intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah
memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan
dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu dakwah Islam berhasil mengetuk
hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya.
Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan
metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan kondisi sosio-kultural
manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.
3. Memberikan
informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan
turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekah dan
Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu
terakhir.[7]
Dengan demikian Al-Quran adalah pedoman bagi perjalanan dakwah Nabi yang
informasinya tidak diragukan lagi.
E.
Klasifikasi
Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Quran
Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf,
Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam,
Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash,
Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin,
Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf,
Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm,
Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh,
Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’,
An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir, Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin,
Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad,
Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr,
Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy,
Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
Al-Baqarah,Ali
Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj,
An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid,
Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun,
At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah,
An-Nashr.
3.
Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian contoh-contoh dalam surat
Madaniyah, ialah surat al-Anfal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama
mengecualikan ayat :
وَإِذْ
يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ
يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat maker terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat
maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas
makar”. (al-Anfal :30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan
di Mekah, zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang
dilakukan oleh orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan
makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.
4.
Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Di dalam Surah al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga
ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21.
هَذَانِ خَصْمَانِ
اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ
نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي
بُطُونِهِمْ وَالْجُلُود وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِي
5.
Madaniyah mirip Makkiyah
Yang dimaksund oleh para ulama di sini
ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya
bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman
Allah dalm surah Al-Anfal yang madaniyah:
øÎ)ur (#qä9$s% ¢Oßg¯=9$# bÎ) c%x. #x»yd uqèd ¨,ysø9$# ô`ÏB x8ÏZÏã öÏÜøBr'sù $uZøn=tã Zou$yfÏm z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# Írr& $oYÏKø$# A>#xyèÎ/ 5OÏ9r&
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan
musrik-berkata, ”Ya Allah, Jika benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musrikin untuk
disegerakan azab adalah di Mekah.
6. Makkiyah mirip Madaniyah
Yang dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang
sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm:
الَّذِينَ
يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ
وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ
وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain
kesalahan-kesalahan kecil”. (an-Najm :32)
Menurut As-Suthi,
perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya. Dosa-dosa besar ialah
setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil
ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sementara itu
di Mekah belum ada sangsi yang serupa dengannya.
7.
Ayat yang turun di Mekah dan hukumnya
Madaniyah
a) Ayat 13 surat Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu fathu Mekah. Ayat ini dinyatakan ayat Madaniyah karena turun
sesudah hijrah.
b) Ayat 3 sampai dengan 5 surat Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari jumat. Kala itu umat Islam
tengah berwukuf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini
dilaksanakan Rasulullah saw. setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat di atas
diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah kendati turun di Arafah, dan seperti
diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekah.
8.
Ayat-ayat yang turun di Madinah,
hukumnya Makkiyah
a) Al-Mumtahanah
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah
menjelang Futuh Mekah. Ini artinya
terjadi setelah hijrah. Kisahnya demikian: mengetahui Rasulullah hendak
berangkat ke Mekah, seseorang bernama Hattab bin Abi Balta’ah menulis surat
untuk disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya menginformasikan
rencana Rasulullah dan kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut
paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini
sebagai Makkiyah. Ia tak menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quran ini sepakat
dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
b) Ayat 41 surat An-Nahl
c) Mulai awal surat At-taubah (bara’ah)
sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui pemaparan
pada bab sebelumnya maka pada bab III ini, pemakalah akan mengambil sebuah kesimpulan untuk melengkapi
makalah ini. Kita dapat simpulkan bahwasnnya surat-surat Makkiyah adalah
surat-surat yang turun sebelum adanya hijrah, namun ada beberapa ayat di dalam
surat-surat Madaniyah yang termasuk ayat Makkiyah. Sedangkan Surat-surat
Madaniyah adalah surat-surat yang turuh sesudah adanya hijrah, namun ada
beberapa ayat di dalam surat Makkiyah yang termasuk ayat Madaniyah. Pada
umumnya surat-surat Makkiyah mudah dihafal karena ayat-ayat pendek sedangkat sebaliknya pada
surat Madaniyah ayat-ayatnya terlalu panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2006.Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon.
2010.Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka
Setia.
Khalil
al-Qhattan, Manna.1998. Pembahasan Ilmu
Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta.
Khalil al-Qattan, Manna.2001.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT
Mitra Kerjaya
Indonesia.
Marzuki,
Kamaluddin.1994. ‘Ulum Al-Quran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
SURAT AL-MAKKIYAH DAN
AL-MADANIYAH
MAKALAH
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Pengantar
Studi Al-Quran
Dosen Pengampu : Jaja
Suteja, M.Pdi
Disusun oleh
Arif Abdul Rohman
Fahmi
Putri Indawati
Rizaluddin Beny
Yayah Zakiyah
PROGRAM STUDI T.IPS
SEMESTER 4
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji
dan syukur seyogyanya kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Meskipun ditengah
rutinitas yang sering kali melelahkan, makalah “Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah” dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pengantar Studi Al-Quran.
Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Jaja Suteja, M.Pdi selaku dosen pengampu
yang telah membantu kami secara moril. Semoga makalah ini bermanfaat baik bagi
kami selaku penyusun maupun bagi pembaca, serta bagi pengembangan khasanah ilmu
tersebut.
Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu betapapun
kecilnya hikmah yang terkandung, kami berharap dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan studi
Al-Quran. Demi perbaikan di kemudian hari, kritik dan saran dari semua pihak
akan kami terima dengan senang hati.
Cirebon, Pebruari 2013
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.............................................................................................. i
Daftar
isi........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A. Pengertian
Makkiyah dan Madaniyah................................................ 2
B. Cara
Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah..................................... 4
C. Ciri-ciri
Spesifik Makkiyah dan Madaniyah....................................... 5
D. Urgensi
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah.................. 7........
E. Klasifikasi
Ayat-ayat dan Suta Al-Quran.......................................... 8
BAB
III KESIMPULAN........................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 13
|
[1] Rosihon Anwar.Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka
Setia.2010.hlm 102
[2] Ibid., hlm 104
[3] Manna Khalil al-Qattan.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT
Mitra Kerjaya Indonesia.2001.hlm 86
[4] Kamaluddin Marzuki.’Ulum Quran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.1994.hlm 49
[5] Op.cit.Manna Khalil al-Qattan..hlm 87
[6] Manna Khalil al-Qattan. Pembahasan Ilmu Al-Quran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.1998.hlm 62
[7] Rosihon Anwar. Op.cit. Cetakan 2006.hlm 116
Tidak ada komentar:
Posting Komentar